Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Distribusi Cairan Tubuh
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh, sekitar 45- 75% total berat badan, ⅔ nya merupakan cairan intrasel dan sisanya ekstrasel dengan ¼ nya tardapat pada intravaskuler dan ¾ sisanya merupakan intertisial. Lemak tubuh bebas air, sehingga yang kurus memiliki jumlah air lebih banyak dibanding yang gemuk.
Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran tubuh itu sendiri.
·    dewasa 60%
·    anak-anak 60 – 77%
·    infant 77%
·    embrio 97%
·    manula 40 – 50 %
pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah mengalami kehilangan jaringan tubuh.
·    intracellular volume = total body water – extracellular volume
·    interstitial fluid volume = extracellular fluid volume – plasma volume
·    total bloods volume = plasma volume / (1 - hematocrite)
Proporsi cairan dan elektrolit tubuh
BBL : 80 % bb
Anak : 70 % bb
Dewasa : 60 % bb
Usila : 40 –45 % bb
Regulasi Cairan Tubuh
Tubuh memiliki mekanisme pengaturan untuk mempertahankan komposisi cairan agar dalam kondisi yang setimbang atau tetap. Banyak organ yang terlibat dalam proses mekanisme ini.
Normal kebutuhan cairan adalah 35 cc/KgBB/hr. Namun bila dirata-ratakan, kebutuhan intake (masukan) air pada orang dewasa adalah dari ingesti liquid 1500 cc, daro makanan 700 cc, air dari oksidasi 200 cc sehingga totalnya 2400 cc/hari. Sedangkan untuk pengaturan keseimbangan cairan tubuh terdapat mekanisme pembuangan cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ. Organ tersebut adalah melalui kulit 300-400 cc berupa keringat dan penguapan namun tergantung pada aktivitas dan suhu. Dari paru-paru300-400 cc berupa uap air dari ekspirasi. Dari GIT sekitar 200 cc/ hari dan akan meningkat pada kasus diare. Pengeluaran air yang terbanyak terjadi di ginjal, sekitar 1200-1500 cc/hr. Ketika defisit volume cairan ekstraseluler, maka akan terjadi beberapa mekanisme
·    diproduksi ADH (anti diuretic hormone) yang berfungsi untuk mereabsorpsi air
·    aldosteron diproduksi oleh corteks adrenal, berfungsi untuk mereabsorpsi Na yang . berefek pada peningkatan air di ekstraseluler
·    renin yang dilepaskan sel jukstaglomerural ginjal, berfungsi untuk vasokontriksi . . dan sekresi aldosteron.
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN , ELEKTROLIT, DAN ASAM BASA
1.     Gangguan Keseimbangan Cairan
a.       Dehidrasi
b.      Syok hipovolemik
2.    Gangguan Keseimbangan Elektrolit
a.   Hiponatremia
 Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L)
      Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
1)      Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala dan keram otot.
2)      Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang, disorientasi dan koma.
3)      Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).
4)      Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti hipotensi dan takikardi
b.  Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia.
c.  Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L)
Etiologi :
1)      Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
2)       Diuretik
3)      Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
4)      Ekskresi berlebihan melalui ginjal
5)      Maldistribusi K+
6)      Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.
d.  Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :
1)      Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium, penghambat ACE.
2)      Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
3)      Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
4)      Insufisiensi adrenal
5)      Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama
6)      Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.
KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA

Dalam keadaan normal derajat keasaman (pH) tubuh kita adalah 7,4 (range 7,35 – 7,45).
Bila kurang disebut asidesis
Bila lebih disebut alkalosis
Keseimbangan asam basa dalam tubuh ini menyangkut gas CO2 , asam asam non-karbonat dan basa. Adapun pengaturan keseimbangan derajat keasaman tubuh dilakukan melalui tiga mekanisme yaitu :
1.    System Buffer
2.    Pembuangan gas CO2 melalui paru / pernafasan
3.    Pembuangan ion H+ lewat ginjal
SYSTEM BUFFER
Buffer atau larutan penyangga adalah larutan senyawa kimia yang mampu bertahan pada kadar ion H+ (atau pH) yang tetap, sekalipun ditambah dengan asam atau basa yang kuat.
Buffer yang terutama dalam tubuh kita :
1.    Buffer Bikarbonat
2.    Buffer Protein
3.    Buffer Phosphat
BUFFER BIKARBONAT
Merupakan penyangga paling utama pada cairan extra sellulair dan terdiri dari asam karbonat (H2CO3) dan larutan Bikarbonat (HCO3-). Penyangga paling penting karena dapat diatur oleh ginjal dan paru. N : 1 – 20 ( pada pH tubuh : 7,4 )

BUFFER PROTEIN
Merupakan penyangga untuk cairan intra sellulair dan paling banyak dalam tubuh.
Buffer ini juga berpengaruh pada cairan ekstra sellulair karena ion H+,CO2,dan HCO3- dapat bediffasi kedalam sel. Hemoglobin merupakan buffer protein yang effektif untuk mengikat CO2.

SYSTEM GINJAL
Buffer ini kerjanya lambat dan kurang effektif. Buffer ini kerjanya membuang ion H+ dan menyimpan bikarbonat  (mereabsobsi HCO3-) urine,sebaliknya bila darah terlalu alkalis.
            Dalam keadaan normal :
                                                             pH darah : 7,35 – 7,45
                                                            p CO2        : 40 mm Hg
                                                            HCO3-       : 24 mmol/ltr

ASIDOSIS
Hal ini dapat terjadi karena ganggan pada pernafasan (Respiratory asidosis) atau gangguan metabolisme (metabolic asidosis) :
a.       Respiratory acidosis: biasanya kegagalan pada pembuangan CO2 dari tubuh
b.      Metabolic acidosis: disebabkan karena penumpukan asam .



ALKALOSIS
Hal ini dapat terjadi karena gangguan pada pernafasan (respiratory alkolosis) atau gangguan pada metabolisme (metabolic alkalosis)
a.       Respiratory alkolosis : disebabkan karena pengeluaran paru-paru yang begitu cepat.
b.      Metabolic alkalosis : disebabkan karena hilangnya ion H+ dari cairan tubuh atau terjadi penambahan basa pada cairan tubuh.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah :
1.  Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh total sesuai usia.

2.  Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak mengandung lemak tubuh
3.  Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh
4.  Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine
5.  Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan
6.  Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari
7.  Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.
ASKEP pada Masalah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
A. Pengkajian Keperawatan
§ Riwayat Keperawatan. Pengakajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan secara oral, parenteral atau enteral. Jumlah pengeluaran dapat diukur melalui jumlah produksi urine, feses, muntah atau pengeluaran lainnya, status kehilangan/kelebihan cairan dan perubahan berat badan yang dapat menentukan tingkat dehidrasi.
§ Faktor yang Berhubungan. Meliputi factor-faktor yang memepengaruhi masalah kenutuhan cairan seperti sakit, diet, lingkungan, usia perkembangan dan penggunaan obat.
§ Pengkajian Fisik. Meliputi system yang berhubungan dengan masalah cairan dan elektrolit seperti system integument (status turgor kulit dan edema), system kardiovaskular (adanya distensi vena jugularis, tekanan darah dan bunyi jantung), system penglihatan (kondisi dan cairan mata), system neurologi (gangguan sensorik/motorik, status kesadaran dan adanya refleksi) dan system gastrointestinal (keadaan mukosa mulut, lidah dan bising usus).
§ Pemeriksaan laboratorium atau diagnostik lainnya. Dapat berupa pemeriksaan kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida, berat jenis urine, analisis gas darah dan lain-lain).
B. Diagnosis Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:
Pengeluraran urine secara berlebihan akibat penyakit diabetes mellitus atau lainnya; peingkatan permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada pasien luka bakar atau meningkatnya kecepatan metabolism; pengeluaran cairan secara berlebihan; asupan cairan yang tidak adekuat serta pendarahan.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan:
Penurunan mekanisme regulator akibat kelaiann pada ginjal; penurunan curah jantung akibat penyakit jantung; gangguan aliran balik vena akibat penyakit vascular perifer atau thrombus; retensi natrium dan air akibat terapi kostikosteroid serta tekanan osmotic koloid yang rendah.
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan: mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.
Rencana tindakan:
1. Monitor jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan status keseimbangan cairan.
2. Pertahankan keseimbangan cairan. Bila kekurangan volume cairan lakukan:
ü Rehidrasi oral atau parenteral sesuia dengan kebutuhan
ü Monitor kadar elektrolit darah seperti urea nitrogen darah, urine, serum, osmolaritas, kreatinin, hematokrit dan Hb.
ü Hilangkan factor penyebab kekurangan volume cairan, seperti muntah, dengan cara memberikan minum secara sedikit-sedikit tapi sering atau dengan memberikan teh.
Bila kelebihan volume cairan, lakukan:
ü Pengurangan asupan garam
ü Hilangkan factor penyebab kelebihan volume cairan dengan cara melihat kondidi penyakit pasien terlebih dahul. Apabila akibat bendungan aliran pembuluh darah, maka anjurkan pasien untuk istirahat dengan posisi telentang, posisi kaki ditinggikan, atau tinggikan ekstremitas yang mengalami edema diatas posisi jantung, kecuali ada kontra indikasi.
ü Kurangi konstriksi pembuluh darah seperti pada penggunaan kaos kaki yang ketat.
3. Lakukan mobilisasi melalui pengaturan posisi
4. Anjurkan cara mempertahankan keseimbangan cairan.
D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
1. Pemberian cairan melalui infuse. Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan melalui intravena dengan abntuan infuse set, bertujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
Alat dan bahan: standar infuse, infuse set, cairan sesuai dengan kebutuhan pasien, jarum infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung, kapas alcohol 70%, plester, gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
Prosedur kerja:
Cuci tangan; jelaskan prosedur yang akan dilakukan; hubungkan cairan dan infuse set dengan menusukkan ke dalam botol infuse (cairan); isi cairan ke dalam infuse set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya keluar; letakkan pengalas; lakukan pembendungan dengan tourniquet; gunakan sarung tangan; desinfeksi daerah yang akan ditusuk; lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas; cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui jarum infuse/abocath); tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang infuse; buka tetesan; lakukan desinfeksi dengan betadineTM  dan tutup dengan kasa steril; beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester; lalu cuci tangan.

Cara Menghitung Tetesan Infuse
§ Dewasa:
Tetesan/Menit =    Jumlah cairan yang masuk
         Lamanya infuse (jam) x 3 
Contoh: seorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) infuse dalam waktu satu jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit =     1000  = 20 tetes/menit
                                            1 x 3
§ Anak:
Tetesan/Menit =    Jumlah cairan yang masuk
            Lamanya infuse (jam)
Contoh: seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengan 250 ml infuse dalam waktu 2 jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit =      250  = 125 tetes mikro/menit
                                              2
2. Tranfusi Darah. Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat tranfusi set. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Alat dan bahan: standar infuse, tranfusi set, NaCl 0,9 %, darah sesuai dengan kebutuhan pasien, jarum infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung, kapas alcohol 70%, plester, gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
prosedur perawatan dan pemasangan infus

Intruksi Prosedur Pemasangan infus           :


1.    pemasangan infuse dari Dokter tercatat lengkap dan
Jelas pada rekam medik atau secara lisan pada keadaan darurat bila ada kurang dimenggerti segera tanyakan pada Dokter yangmemberi intruksi.
2.   Persiapan  :
1.    Meja/trolly serupa meja suntik tersedia diatasnya: IV catheter yang akan digunakan.IV catheter cadangan atau wing needle.Transfusion set/infusion set terbungkus steril, kapas alkohol 70%,Bethadine, kasa steril, plester/hypafik, spalk, larutan infuse yang akan diberikan.
2.    Standar infuse.
3.    Pencahayaan yang baik.
4.    Tutup ruang pasien agar pelaksana dapat lebih konsentrasi
1.    Beritahukan kepada pasien tentang pemasangan infuse dan tenangkan pasien.
2.    Persiapkan cairan yang akan diberikan dengan menusukan bagian tajam infusion set kedalam botol larutan infuse. Buka saluran hingga cairan infuse memenuhi seluruh selang tanpa menyisakan udara dalam selang infuse.
3.   Lakukan pemasangan infuse.
1.    Tentukan lokasi pemasangan ,sesuaikan dengan keperluan rencana pengobatan, punggung tangan kanan/kiri,kaki kanan/kiri,1 hari/2 hari. Contoh pasien struma IV line dikaki kiri/kanan, Tomor mamae  IV Line ditangan sisi berlawanan pasien shock  :2 line  atau vena sectie, pasien stroke pada sisi yang tidak lumpuh
1.    Ligasi bagian proximal dari lokasi vena yang akan ditusuk            menggunakan ligator khusus.
2.    Lakukan tindakanaseptik dan antiseptik.
3.    Lencangkan kulit dengan  memegang tangan/kaki dengan tangan kiri,siapkan IV catheter ditangan kanan.
4.    Tusukkan jarum sedistal mungkin dari pembulu vena dengan lubang jarum menghadap keatas, sudut tusukan 30-40 derajat arah jarum sejajar arah vena, lalu dorong.
5.    Bila jarum masuk kedalam pembuluh vena,darah akan tampak masuk kedalam bagian reservoor jarum . hentikan dorongan.
6.    Pisahkan bagian jarum dari bagian kanul dengan memutar bagian jarum sedikit .Lanjutkan mendorong kanul kedalam vena secara perlahan sambil diputar sampai seluruh kanul masuk.
7.    Cabut bagian jarum seluruhnya perhatikan apakah darah keluar dari kanul . tahan bagian kanul dengan ibu jari kiri.
8.    Hubungkan kanul dengan infusan / tranfusion set .buka saluran                                  infuse perhatikan apakah tetesan lancar.perhatikan apakah lokasi penusukan membengkak,menandakan elestravasasi cairan sehingga penusukan harus diulang dari awal.
9.    Bila tetesan lancar,tak ada ekstravasasi lakukan fiksasi dengan   plester /hypafix dan pada bayi/balita diperkuat dengan spalk ,
10.    kompres dengan kasa betadhin pada lokasi penusukan.
11.    Atur tetesan infuse sesuai intruksi.
12.    Laksanakan proses administrasi ,lengkapi berita acara pemberian infuse ,catat jumlah cairan masuk dan keluar,catat balance cairan selama 24 jam setiap harinya,catat dalam perincian harian ruangan.
4.Bila sudah tidak diperlukan lagi,pemasangan infuse di stop, IV Catheter dapat dilepas dengan cara:
1.    Tutup saluran infuse.
2.    Lepaskan plester dengan bantuan bensin.
3.    Tindihkan kapas alkohol pada lokasi tusukan, cabut kanul IV catheter .
4.    Kapas difiksasi dengan plester.
5.    Seluruh alat infuse dibuang pada tempat sampah medis.
prosedur transfusi darah
Transfusi Darah
Transfusi Darah - Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien yang membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set transfusi.
Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah, memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang kehilangan, seperti pada operasi besar, perdarahan post partum, kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit kekurangan kadar Hb atau kelainan darah
Tindakan transfusi darah juga bisa dilakukan pada pasien yang mengalami defisit cairan atau curah jantung menurun.
Dalam pemberian darah harus di perhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan darah melalui nama pasien, label darah, golongan darah, dan periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak), homogenitas (bercampur rata atau tidak).
Tujuan Transfusi Darah
1.    Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma atau heragi).
2.    Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia.
3.    Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih (misalnya: faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
Alat dan Bahan Transfusi Darah
1.    Standar Infus
2.    Set Transfusi (Tranfusi Set)
3.    Botol berisi NaCl 0,9%
4.    Produk darah yang benar sesuai program medis
5.    Pengalas
6.    Torniket
7.    Kapas alkohol
8.    Plester
9.    Gunting
10.    Kassa steril
11.    Betadine
12.    Sarung tangan
Prosedur Kerja Transfusi Darah
1.    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2.    Cuci tangan
3.    Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah transfusi darah
4.    Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau tunggal).
5.    Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% (baca: Prosedur pemasangan infus) terlebih dahulu sebelum pemberian transfusi darah
6.    Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa identifikasi kebenaran produk darah : periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa kadaluwarsanya, dan periksa adanya bekuan
7.    Buka set pemberian darah
1.    Untuk slang 'Y', atur ketiga klem
2.    Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off
8.    Cara transfusi darah dengan slang 'Y' :
1.    Tusuk kantong NaCl 0,9%
2.    Isi slang dengan NaCl 0,9%
3.    Buka klem pengatur pada slang 'Y', dan hubungkan ke kantong NaCl 0,9%
4.    Tutup/klem pada slang yang tidak di gunakan
5.    Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang filter terisi sebagian)
6.    Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan slang terisi NaCl 0,9%
7.    Kantong darah perlahan di balik-balik 1 - 2 kali agar sel-selnya tercampur. Kemudian tusuk kantong darah pada tempat penusukan yang tersedia dan buka klem pada slang dan filter terisi darah
9.    Cara transfusi darah dengan slang tunggal :
1.    Tusuk kantong darah
2.    Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga filter terisi sebagian
3.    Buka klem pengatur, biarkan slang infus terisi darah
10.    Hubungkan slang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem pengatur bawah
11.    Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama, dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
12.    Setelah darah di infuskan, bersihkan slang dengan NaCl 0,9%
13.    Catat type, jumlah dan komponen darah yang di berikan
14.    Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

menghitung balance cairan
Cara menghitung balance cairan
·    RUMUS BALANCE
CM - CK - IWL
·    RUMUS IWL
(15 X BB X JAM KERJA) / 24 JAM
·    RUMUS IWL KENAIKAN SUHU
[(10% X CM) X jumlah kenaikan suhu] / 24 JAM + IWL Normal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar